KERANGKA SERMON
EVANGELIUM MINGGU 03 Nopember 2013
MINGGU XXIII DUNG TRINITATIS (Ketritunggalan Allah/ Hasitolusadaan ni TUHAN)
Yang Melakukan Kehendak Allah Adalah Saudara Yesus
Ev : Markus 3 : 31 – 35 Ep
: Kolose 3 : 12 – 14
I. Pendahuluan
Setiap orang pasti
mendambakan keluarga yang harmonis, di mana suami istri benar-benar saling
mengasihi, ayah, ibu dan anak-anak saling mendukung, hidup bahagia dan penuh
kasih, terlebih lagi keluarga yang takut akan Tuhan. Keluarga merupakan tempat
yang paling sentral dan cocok untuk membina dan mendewasakan karakter, sifat,
pengetahuan dan sebagainya bagi anak-anak. Secara fisik, keluarga ada karena
adanya hubungan darah, suku, marga dan bangsa yang sama. Dalam perikop ini,
Yesus memperkenalkan kepada kita suatu bentuk kekeluargaan dan persaudaraan
yang baru. Kekeluargaan yang tidak hanya dibatasi oleh hubungan darah atau
suku, marga, bangsa dan adat budaya kita lagi. Tapi kekeluargaan dan
persaudaraan secara spiritual di dalam Kerajaan Allah. Dan yang menjadi anggota
keluarga anak-anak Allah ialah mereka yang hidup dan melakukan kehendak Allah (bd.
Yoh. 1:12). Hal ini Yesus
ungkapkan kala Dia sedang mengajar di tengah-tengah orang banyak, sementara
keluarganya datang untuk menjemput (mengambil) Yesus untuk dibawa pulang, sebab
mereka mendengar bahwa banyak orang mengatakan Yesus tidak waras/ kerasukan karena
pengajaran-pengajaran-Nya (bd. Mark. 3:21-22). Namun Yesus justru memberi
jawaban di luar dugaan semua orang termasuk ibu dan saudara/i-Nya.
II. Penjelasan Nats
Mendengar berita tentang Yesus,
maka ibu serta saudara-Nya (Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon : bd. Mark. 6:3)
datang ke rumah di mana Yesus sedang mengajar. Mereka berdiri di luar dan
menyuruh orang untuk memanggil Yesus. Keinginan ibu Yesus untuk bertemu dengan anaknya
adalah hal yang wajar, apalagi dengan adanya pemberitaan yang mengatakan Yesus
sedang kerasukan dan tidak waras. Orang-orang yang mengelilingi Yesus melihat
kedatangan ibu dan saudara/i Yesus dan berkata kepada-Nya, “Lihat,
ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau.”
Baik Maria atau saudara/i
Yesus bahkan orang-orang yang hadir saat itu mungkin berfikir bahwa Yesus akan
menyambut keluarga-Nya dengan sambutan yang spesial dan khusus. Karena yang
datang adalah ibu yang melahirkan-Nya dan saudara/i-Nya sedarah yang sudah
bersama-sama serumah dengan-Nya sejak mereka anak-anak. Namun respon Yesus
justru berbeda dengan persepsi mereka.
Jawab Yesus, “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” Ia memandang
orang-orang yang ada di sekeliling-Nya serta berkata, “ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku!”. Mendengar jawaban itu,
tertulah mereka semua terkejut dan bingung akan jawaban Yesus. Sepertinya Yesus
telah melanggar Hukum Taurat kelima, karena tidak mengakui Maria sebagai
ibu-Nya. Namun ibu dan saudara yang Yesus maksudkan bukanlah kekeluargaan di
dunia. Yesus ingin menekankan dan mengajarkan siapa yang akan menjadi keluarga-Nya
dan saudara-Nya dalam Kerajaan/ Rumah Bapa di sorga. Untuk menjadi ibu dan
saudara Yesus dalam Rumah Bapa tidak dibatasi oleh hubungan darah, budaya,
adat, suku marga atau garis keturunan, namun menjadi ibu dan saudara Yesus
dalam Rumah Bapa adalah dia yang mau melakukan kehendak Allah. Bukan berarti
Yesus tidak menghargai dan menghormati ibu dan saudara-saudara-Nya yang datang
pada saat itu, tetapi Yesus ingin menegaskan bahwa kasih kepada keluarga tidak
boleh menjadi penghalang dalam pelayanan. Akan tetapi, perlu juga dipahami
bahwa bukan berarti karena pelayanan, keluarga menjadi ditinggalkan. Buah dari
pelayanan itu justru harus nampak dalam kehidupan keluarga antara suami kepada
istri maupun orang tua kepada anak dan anak kepada orang tua yaitu hidup dalam
damai sejahtera, harmonis serta penuh kasih sayang.
Jadi Yesus katakan, “Barangsiapa melakukan kehendak
Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah
ibu-Ku!” Apa yang menjadi
kehendak Allah yang harus kita lakukan sebagai orang Kristen yang rindu menjadi
saudara/i Yesus dalam Kerajaan-Nya?
Kehendak
Allah adalah:
- Hukum
Allah atau Taurat Allah (Mazmur 40:9), pengenalan akan Hukum Taurat adalah
mengetahui kehendak Allah (Roma 2:17,18). Dengan Hukum-Nya kita diarahkan
kepada jalan Tuhan.
- Kehendak
Allah adalah apa yang diingini Allah yaitu: semua orang akan selamat (I
Tim. 2:4, 2 Ptr.3:9). Sehingga melalui firman-Nya, kita diarahkan berjalan
menuju keselamatan yang kekal.
Kehendak Allah itu bisa
kita lihat dalam epistel, yaitu Kolose 3:12-14. Sesungguhnya kita telah dipilih
oleh Allah menjadi keluarga dalam Kerajaan-Nya setelah terlebih dahulu
dikuduskan dan dikasihi-Nya. Maka kita harus hidup dalam belas kasihan,
kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Di dalam kesabaran
ada pengampunan kepada orang yang melakukan kesalahan dan orang yang dendam
kepada kita. Mengapa harus demikian.? Karena Tuhan Yesus lebih dulu
melakukannya kepada kita yang berdosa dan itulah kehendak Tuhan yang harus kita
lakukan dalam hidup kita. Jadi belas kasihan, kemurahan, kerendahan hari,
kelemahlembutan serta kesabaran yang harus kita lakukan itu, haruslah diikat
dengan kasih. Dan kasih itulah yang mempersatukan dan menyempurnakan
persaudaraan setiap orang percaya di dalam Kristus. Karena tanpa kasih, maka
sia-sialah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan
kesabaran itu (bd. 1 Kor 13:1-3).
III.
Aplikasi
ü Untuk menjadi bagian dalam satu keluarga, tentu seorang anak harus lahir
secara jasmani dan bertumbuh sesuai dengan perawatan ibu dan ayahnya. Sementara
untuk menjadi bagian dalam keluarga Kerajaan Allah, menjadi saudara/i Yesus,
kita juga harus dilahirkan. Hanya saja kita harus mengalami lahir baru atau
lahir secara rohani di dalam Kristus. Lahir baru, berarti mengalami pembaharuan
di dalam Tuhan dan meninggalkan sikap lama (dosa), dengan kata lain mengalami
pertobatan. Kita menjadi bagian dari keluarga manusia, melalui kelahiran kita secara
jasmaniah. Demikian pula, untuk menjadi bagian dari Keluarga Allah, kita harus
mengalami kelahiran secara rohaniah (kelahiran kembali). “Karena kemurahan-Nya yang tidak terbatas telah memberi kita kesempatan
untuk dilahirkan kembali” (1 Petrus 1:3), sehingga sekarang kita menjadi anggota
keluarga Allah.
ü Setiap manusia memang
diciptakan Allah, tetapi tidak semua orang menjadi anak-anak Allah karena tidak
semua mau hidup dalam kehendak-Nya. Melalui ajaran-Nya, Yesus mengajarkan bahwa
untuk menjadi saudara-Nya tidak ada batasan. Siapapun berhak menjadi
saudara-Nya, namun haruslah yang orang yang menerima Yesus sebagai Juruselamat
serta mau melakukan kehendak Allah dalam hidup-Nya. Orang yang melakukan
kehendak Allah adalah orang yang memiliki kasih kepada Allah dan sesama,
memiliki kesetiaan kepada Allah. Memiliki penyerahan diri yang utuh kepada
Tuhan baik senang maupun dalam pergumulan yang berat. Memiliki kasih kepada
sesama, rendah hari, pemurah serta menjadikan Taurat Tuhan menjadi cerminan
hidup baginya. Kiranya Tuhan memampukan kita untuk melakukan kehendak Bapa di
sorga sehingga kita layak menjadi saudara/i Yesus dalam Kerajaan-Nya yang
kekal. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
C.Pdt.
Polma Hutasoit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar