Khotbah
Minggu XIII Setelah Trinitatis, 30 Agustus 2015
Ep. Ulangan
4 : 1 – 2 Ev. Wahyu 3
: 14 – 22
Thema Minggu
: Barang Siapa Kukasihi, Ia Kutegor & Kuajar
I.
Pendahuluan
Kota Laodikia merupakan sebuah kota yang
dibangun oleh Antiokhus II, keturunan Jenderal Iskandar Agung. Kota ini
diberinya nama seturut dengan nama istrinya, Laodikhe yang diceraikannya
sekitar tahun 253 sM. Secara geografis, kota ini terletak diantara Hierapolis
dan Kolose. Kota ini juga terkenal kemakmurannya karena kota ini adalah pusat
bisnis, perbankannya dan merupakan rute perdagangan dan juga tanah yang subur,
penghasil wol hitam, sekolah kedokteran, serta produksi salep mata dan salep
telinganya. Banyak juga orang Yahudi yang memilih untuk meninggalkan Yerusalem
untuk datang ke kora ini demi ingin menikmati kekayaan kota Laodikia. Secara
finansial dan materi, mereka sangat sejahtera, namun secara iman, mereka sangat
miskin dan kerdil. Materi dan berkat itu telah mencipitkan mata rohani mereka,
sehingga kondisi kota yang demikian, jemaat di Laodikia menjadi sombong. Dan
semakin jauh dari Tuhan. Iman mereka menjadi suam-suam kuku (tidak panas dan
tidak dingin), sehingga membuat Tuhan muak terhadap mereka dan hendak
memuntahkan mereka. Untuk itu Tuhan memberi peringatan keras kepada mereka agar
mereka tidak bergantung kepada pemberian Tuhan, namun kepada yang
memberikannya. Jika tidak ada pertobatan, Tuhan akan menegor dan menghajar
mereka. Namun tegoran dan hajaran ini adalah bahagian dari kasih Allah kepada
mereka agar mereka mau bertobat.
II.
Penjelasan
Nats
1. Yesus Adalah
Amin (ay. 14)
Dari semua nats Alkitab, hanya dalam perikop
inilah nama Yesus disebut dengan Amin[1]
yang berarti Benarlah! Dialah yang dapat dipercaya. Dia (Yesus)lah Saksi
yang setia dan benar, permulaan dari segala ciptaan Allah. Pernyataan ini
hendak menegaskan bahwa firman ini meruapakan peringatan yang bersumber dari
Yesus Kristus sendiri kepada jemaat Laodikia.
2.
Tuhan Mengetahui Segala Pekerjaan Umat-Nya (ay. 15 – 18)
Sebagai kota yang makmur dan hidup dalam
kelimpahan, jemaat ini tidak terancam oleh ajaran sesat maupun penganiayaan
seperti yang terjadi di jemaat yang lain. Situasi dan keadaan ini membuat
mereka seolah-olah tidak membutuhkan siapapun untuk menolong mereka karena
memang situasi mereka begitu tenteram. Keadaan ini juga membuat ibadah mereka
hanya sebagai rutinitas yang tidak ada. Tidak ada kesungguhan dan penyerahan
diri total kepada Allah ketika mereka beribadah. Namun Tuhan mahatahu atas apa
yang mereka pikirkan dan lakukan. Firman Tuhan dengan tegas mengatakan, “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak
dingin dan tidak panas”. Tidak dingin atau tidak panas atau suam-suam kuku,
demikianlah iman percaya mereka. Istilah ini menggambarkan situasi kehidupan
mereka yang memang mengalami masalah air. Di atas kota Laodikia terdapat 2 kota
lain. Kota pertama adalah Kolose. Kolose memiliki sumber mata air dingin yang
sangat baik/berkhasiat bagi tubuh untuk diminum. Sungguh sangat menyegarkan. Kota
kedua adalah Hierapolis. Hierapolis memiliki sumber mata air panas. Yang sangat
baik /berkhasiat bagi tubuh untuk mandi/ berendam. Kota Laodikia tidak memiliki
sumber mata air sendiri. Kota ini mendapatkan air dari sumber mata air
kota-kota di atasnya. Air dari kota Kolose dan Hierapolis mengalir ke bawah.
Aliran air ini bertemu dan bersatu mengalir ke Laodikia. Karena air dingin
bertemu dengan air panas maka jadilah air yang suam-suam kuku. Tidak lagi
berkhasiat, baik dingin (menyegarkan bagian dalam tubuh) maupun panas
(menyehatkan bagian luar tubuh). Air ini tidak lagi baik untuk berendam dan
bahkan diminum. Bila diminum maka akan menimbulkan rasa mual (muntah). Jadi
disini, sama seperti air tersebut yang suam-suam kuku memiliki arti bahwa secara
rohani, jemaat Laodikia telah mengalami penurunan nilai guna atau manfaat. Semua
itu karena jemaat Laodikia tidak lagi melihat pada Sang Pemberi Berkat sebagai
yang utama, namun melihat mengutamakan berkatnya saja.
3.
Tuhan Menegor dan Menghajar yang Dikasihi-Nya (ay. 19)
Tidak dapat dipungkiri dan diragukan seberapa
besar kasih Tuhan pada kita, bahkan dengan mengorbankan nyawa-Nyapun Dia mau
demi kita sebagai bukti kasih-Nya. Namun bukan berarti Tuhan akan membiarkan/
memanjakan kita dalam segala perbuatan kita. Tuhan telah menunjukkan kepada
umat-Nya bahwa bahagia yang sejati bukan terletak pada kekayaan harta dan materi,
melainkan kekayaan hubungan dengan Tuhan. Kekayaan dan harta sama sekali
tidak berarti dibanding dengan masa depan kekal bersama di dalam kekayaan Kerajaan
Kristus. Untuk itu, Tuhan yang muak akan kebiasaan jemaat Laodikia berfirman, “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan
Kuhajar”. Tuhan akan menegor bahkan menghajar umat yang membuat berkat-Nya menjadi sumber kesombongan. Tuhan
menginginkan agar jemaat Laodikia menjadikan pemberian-Nya itu menjadi berkat
bagi orang lain dan meningkatkan iman mereka untuk senantiasa bersyukur atas
penyertaan dan berkat melimpah yang mereka terima. Namun karena mereka lebih
mengutamakan harta, maka Tuhan menjanjikan hukuman bagi mereka. Tentu saja
tegoran dan hajaran ini bukan untuk membinasakan, namun sebagai ungkapan kasih
Allah untuk memulihkan iman mereka dan mau bertobat kembali ke jalan Tuhan dan
menjadikan Tuhan di atas segalanya.
4.
Tuhan Menjamin Tempat Bagi Orang yang Menang (ay. 20 – 22)
Di tengah-tengah rasa berpuas diri jemaat
Laodikia, Yesus berdiri di hadapan mereka dan mengetuk pintu hati mereka. Maka
jika diantara mereka ada yang mendengar suara Tuhan dan membuka hati mereka
untuk Tuhan, maka janji Tuhan jelas. Tuhan akan bersama-sama dengannya dan
jemaat akan merasakan bagaimana kebersamaan yang sesungguhnya dengan Yesus yang
barang tentu jauh lebih indah dibanding harta dan berkat jasmani yang telah
mereka terima. Tuhan mengetuk pintu hati umat-Nya, bukan mendobraknya. Artinya,
Tuhan memberi kesempatan bagi umat-Nya untuk mengambil keputusan tanpa ada
paksaan, namun karena kerelaan hati dan respon atas segala kebaikan Tuhan. Bisa
saja ada pertentangan di dalam hati sebelum mengambil keputusan untuk membuka
pintu hati atau menolaknya. Membuka pintu berarti kita siap untuk
memprioritaskan Tuhan, hidup dalam kejujuran, tidak korupsi, tidak mencari
keuntungan sendiri, siap menanggung segala kemungkinan yang terjadi (pekerjaan,
ekonomi, dsb). Sebaliknya menolak membuka pintu menandakan kecintaan kita akan
dunia ini belum bisa dilepas. Sehingga peluang iblis untuk memperdaya dan
memperbudak kita semakin besar.
Namun dengan tegas Tuhan firmankan, bagi yang
mendengar suara-Nya dan membuka pintu bagi-Nya, maka dia dinyatakan sebagai
pemenang. Upah bagi pemenang adalah dia dilayakankan duduk bersama dengan Yesus
dalam kemuliaan-Nya (ay. 21). Pemenang adalah dia yang mengambil komitmen, “Mengikut Yesus keputusanku, ku tak gentar”. Sehingga tempat bagi
pemenang adalah bersama Bapa di atas takhta-Nya bersama dengan Yesus yang juga
telah menang. Untuk itu, barangsiapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengar
firman Tuhan. Ini juga menjadi pesan bagi kita bahwa telinga ini hendaklah kita
gunakan lebih utama mendengar firman Tuhan, bukan mendengar gosip, isu, maupun perkataan
yang tidak berkenan bagi Tuhan.
III.
Refleksi dan
Aplikasi
1.
Tuhan mengecam bahkan muak melihat iman jemaat Laodikia yang
suam-suam kuku. Tuhan juga muak dengan ibadah mereka yang hanya sebatas
rutinitas. Bagaimana dengan ibadah kita,? Bagaimana dengan pelayanan kita.?
2.
Dengan jelas firman Tuhan mengatakan bahwa Ia akan menegor dan
menghajar umat-Nya yang tidak tahu bersyukur. Dan memang benar, saat ini kota
laodikia tinggal hanya puing-puing dan kenangan. Seharusnya mereka semakin
dekat kepada Tuhan karena begitu banyaknya berkat yang mereka terima dari
Tuhan. Namun nyatanya berkat itu menjadi penghalang bagi mereka untuk dekat
dengan Tuhan. Adalah baik dan pantas jika kita senantiasa memahami bahwa apapun
yang kita miliki itu bersumber dari Tuhan dan Tuhanlah di atas segala
pemberian-Nya. Maka kitapun akan menggunakan cara yang Tuhan ajarkan dalam
menjalani dan melakukan pekerjaan kita. Sehingga bukan tegoran dan hajaran yang kita terima, melainkan tambahan berkat
yang semakin melimpah.
3.
Tuhan juga berdiri di hadapan kita dan mengetuk pintu hati kita,
masihkah kita harus mempertimbangkan banyak hal untuk membuka hati kita.?
Selayaknyalah kita mengatakan, “Masuk dan tinggallah Engkau Tuhan di dalam
hatiku dan hidupku, karena Engkaulah hidup dan kehidupan bagiku”. Janji
Tuhan jelas bagi kita, “Barangsiapa
menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku,
sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas
takhta-Nya.”Bersukacitalah karena yang menang luput dari hajaran Tuhan dan masuk
dalam hadirat-Nya serta hendaklah kita menggunakan telinga kita mendengar suara
Tuhan dan firman-Nya. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Pdt.
Polma Hutasoit
[1] (pasti!
sungguh! benar!),
kata kunci yang dipakai untuk meng-iyakan meterai kebenaran atas sesuatu
pernyataan yang baru dibuat (Yes 65:16)., Alkitab.Sabda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar