Selasa, 25 Agustus 2015

Wahyu 3 : 14 – 22, "Barang Siapa Kukasihi, Ia Kutegor & Kuajar"

Khotbah Minggu XIII Setelah Trinitatis, 30 Agustus 2015
Ep. Ulangan 4 : 1 – 2                      Ev. Wahyu 3 : 14 – 22
Thema Minggu : Barang Siapa Kukasihi, Ia Kutegor & Kuajar


I.                   Pendahuluan
Kota Laodikia merupakan sebuah kota yang dibangun oleh Antiokhus II, keturunan Jenderal Iskandar Agung. Kota ini diberinya nama seturut dengan nama istrinya, Laodikhe yang diceraikannya sekitar tahun 253 sM. Secara geografis, kota ini terletak diantara Hierapolis dan Kolose. Kota ini juga terkenal kemakmurannya karena kota ini adalah pusat bisnis, perbankannya dan merupakan rute perdagangan dan juga tanah yang subur, penghasil wol hitam, sekolah kedokteran, serta produksi salep mata dan salep telinganya. Banyak juga orang Yahudi yang memilih untuk meninggalkan Yerusalem untuk datang ke kora ini demi ingin menikmati kekayaan kota Laodikia. Secara finansial dan materi, mereka sangat sejahtera, namun secara iman, mereka sangat miskin dan kerdil. Materi dan berkat itu telah mencipitkan mata rohani mereka, sehingga kondisi kota yang demikian, jemaat di Laodikia menjadi sombong. Dan semakin jauh dari Tuhan. Iman mereka menjadi suam-suam kuku (tidak panas dan tidak dingin), sehingga membuat Tuhan muak terhadap mereka dan hendak memuntahkan mereka. Untuk itu Tuhan memberi peringatan keras kepada mereka agar mereka tidak bergantung kepada pemberian Tuhan, namun kepada yang memberikannya. Jika tidak ada pertobatan, Tuhan akan menegor dan menghajar mereka. Namun tegoran dan hajaran ini adalah bahagian dari kasih Allah kepada mereka agar mereka mau bertobat.

II.                Penjelasan Nats
1.      Yesus Adalah Amin (ay. 14)
Dari semua nats Alkitab, hanya dalam perikop inilah nama Yesus disebut dengan Amin[1] yang berarti Benarlah! Dialah yang dapat dipercaya. Dia (Yesus)lah Saksi yang setia dan benar, permulaan dari segala ciptaan Allah. Pernyataan ini hendak menegaskan bahwa firman ini meruapakan peringatan yang bersumber dari Yesus Kristus sendiri kepada jemaat Laodikia.

2.      Tuhan Mengetahui Segala Pekerjaan Umat-Nya (ay. 15 – 18)
Sebagai kota yang makmur dan hidup dalam kelimpahan, jemaat ini tidak terancam oleh ajaran sesat maupun penganiayaan seperti yang terjadi di jemaat yang lain. Situasi dan keadaan ini membuat mereka seolah-olah tidak membutuhkan siapapun untuk menolong mereka karena memang situasi mereka begitu tenteram. Keadaan ini juga membuat ibadah mereka hanya sebagai rutinitas yang tidak ada. Tidak ada kesungguhan dan penyerahan diri total kepada Allah ketika mereka beribadah. Namun Tuhan mahatahu atas apa yang mereka pikirkan dan lakukan. Firman Tuhan dengan tegas mengatakan, “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas”. Tidak dingin atau tidak panas atau suam-suam kuku, demikianlah iman percaya mereka. Istilah ini menggambarkan situasi kehidupan mereka yang memang mengalami masalah air. Di atas kota Laodikia terdapat 2 kota lain. Kota pertama adalah Kolose. Kolose memiliki sumber mata air dingin yang sangat baik/berkhasiat bagi tubuh untuk diminum. Sungguh sangat menyegarkan. Kota kedua adalah Hierapolis. Hierapolis memiliki sumber mata air panas. Yang sangat baik /berkhasiat bagi tubuh untuk mandi/ berendam. Kota Laodikia tidak memiliki sumber mata air sendiri. Kota ini mendapatkan air dari sumber mata air kota-kota di atasnya. Air dari kota Kolose dan Hierapolis mengalir ke bawah. Aliran air ini bertemu dan bersatu mengalir ke Laodikia. Karena air dingin bertemu dengan air panas maka jadilah air yang suam-suam kuku. Tidak lagi berkhasiat, baik dingin (menyegarkan bagian dalam tubuh) maupun panas (menyehatkan bagian luar tubuh). Air ini tidak lagi baik untuk berendam dan bahkan diminum. Bila diminum maka akan menimbulkan rasa mual (muntah). Jadi disini, sama seperti air tersebut yang suam-suam kuku memiliki arti bahwa secara rohani, jemaat Laodikia telah mengalami penurunan nilai guna atau manfaat. Semua itu karena jemaat Laodikia tidak lagi melihat pada Sang Pemberi Berkat sebagai yang utama, namun melihat mengutamakan berkatnya saja.

3.      Tuhan Menegor dan Menghajar yang Dikasihi-Nya (ay. 19)
Tidak dapat dipungkiri dan diragukan seberapa besar kasih Tuhan pada kita, bahkan dengan mengorbankan nyawa-Nyapun Dia mau demi kita sebagai bukti kasih-Nya. Namun bukan berarti Tuhan akan membiarkan/ memanjakan kita dalam segala perbuatan kita. Tuhan telah menunjukkan kepada umat-Nya bahwa bahagia yang sejati bukan terletak pada kekayaan harta dan materi, melainkan kekayaan hubungan dengan Tuhan. Kekayaan dan harta sama sekali tidak berarti dibanding dengan masa depan kekal bersama di dalam kekayaan Kerajaan Kristus. Untuk itu, Tuhan yang muak akan kebiasaan jemaat Laodikia berfirman, “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar”. Tuhan akan menegor bahkan menghajar umat yang membuat berkat-Nya menjadi sumber kesombongan. Tuhan menginginkan agar jemaat Laodikia menjadikan pemberian-Nya itu menjadi berkat bagi orang lain dan meningkatkan iman mereka untuk senantiasa bersyukur atas penyertaan dan berkat melimpah yang mereka terima. Namun karena mereka lebih mengutamakan harta, maka Tuhan menjanjikan hukuman bagi mereka. Tentu saja tegoran dan hajaran ini bukan untuk membinasakan, namun sebagai ungkapan kasih Allah untuk memulihkan iman mereka dan mau bertobat kembali ke jalan Tuhan dan menjadikan Tuhan di atas segalanya.

4.      Tuhan Menjamin Tempat Bagi Orang yang Menang (ay. 20 – 22)
Di tengah-tengah rasa berpuas diri jemaat Laodikia, Yesus berdiri di hadapan mereka dan mengetuk pintu hati mereka. Maka jika diantara mereka ada yang mendengar suara Tuhan dan membuka hati mereka untuk Tuhan, maka janji Tuhan jelas. Tuhan akan bersama-sama dengannya dan jemaat akan merasakan bagaimana kebersamaan yang sesungguhnya dengan Yesus yang barang tentu jauh lebih indah dibanding harta dan berkat jasmani yang telah mereka terima. Tuhan mengetuk pintu hati umat-Nya, bukan mendobraknya. Artinya, Tuhan memberi kesempatan bagi umat-Nya untuk mengambil keputusan tanpa ada paksaan, namun karena kerelaan hati dan respon atas segala kebaikan Tuhan. Bisa saja ada pertentangan di dalam hati sebelum mengambil keputusan untuk membuka pintu hati atau menolaknya. Membuka pintu berarti kita siap untuk memprioritaskan Tuhan, hidup dalam kejujuran, tidak korupsi, tidak mencari keuntungan sendiri, siap menanggung segala kemungkinan yang terjadi (pekerjaan, ekonomi, dsb). Sebaliknya menolak membuka pintu menandakan kecintaan kita akan dunia ini belum bisa dilepas. Sehingga peluang iblis untuk memperdaya dan memperbudak kita semakin besar.
Namun dengan tegas Tuhan firmankan, bagi yang mendengar suara-Nya dan membuka pintu bagi-Nya, maka dia dinyatakan sebagai pemenang. Upah bagi pemenang adalah dia dilayakankan duduk bersama dengan Yesus dalam kemuliaan-Nya (ay. 21). Pemenang adalah dia yang  mengambil komitmen, “Mengikut Yesus keputusanku, ku tak gentar”. Sehingga tempat bagi pemenang adalah bersama Bapa di atas takhta-Nya bersama dengan Yesus yang juga telah menang. Untuk itu, barangsiapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengar firman Tuhan. Ini juga menjadi pesan bagi kita bahwa telinga ini hendaklah kita gunakan lebih utama mendengar firman Tuhan, bukan mendengar gosip, isu, maupun perkataan yang tidak berkenan bagi Tuhan.

III.             Refleksi dan Aplikasi
1.        Tuhan mengecam bahkan muak melihat iman jemaat Laodikia yang suam-suam kuku. Tuhan juga muak dengan ibadah mereka yang hanya sebatas rutinitas. Bagaimana dengan ibadah kita,? Bagaimana dengan pelayanan kita.?
2.        Dengan jelas firman Tuhan mengatakan bahwa Ia akan menegor dan menghajar umat-Nya yang tidak tahu bersyukur. Dan memang benar, saat ini kota laodikia tinggal hanya puing-puing dan kenangan. Seharusnya mereka semakin dekat kepada Tuhan karena begitu banyaknya berkat yang mereka terima dari Tuhan. Namun nyatanya berkat itu menjadi penghalang bagi mereka untuk dekat dengan Tuhan. Adalah baik dan pantas jika kita senantiasa memahami bahwa apapun yang kita miliki itu bersumber dari Tuhan dan Tuhanlah di atas segala pemberian-Nya. Maka kitapun akan menggunakan cara yang Tuhan ajarkan dalam menjalani dan melakukan pekerjaan kita. Sehingga bukan tegoran dan hajaran  yang kita terima, melainkan tambahan berkat yang semakin melimpah.
3.        Tuhan juga berdiri di hadapan kita dan mengetuk pintu hati kita, masihkah kita harus mempertimbangkan banyak hal untuk membuka hati kita.? Selayaknyalah kita mengatakan, “Masuk dan tinggallah Engkau Tuhan di dalam hatiku dan hidupku, karena Engkaulah hidup dan kehidupan bagiku”. Janji Tuhan jelas bagi kita, “Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.”Bersukacitalah karena yang menang luput dari hajaran Tuhan dan masuk dalam hadirat-Nya serta hendaklah kita menggunakan telinga kita mendengar suara Tuhan dan firman-Nya. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Pdt. Polma Hutasoit



[1] (pasti! sungguh! benar!), kata kunci yang dipakai untuk meng-iyakan meterai kebenaran atas sesuatu pernyataan yang baru dibuat (Yes 65:16)., Alkitab.Sabda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar