Jumat, 07 Agustus 2015

Mazmur 34 : 1 – 8, "Tuhan Mendengar Dan Menyelamatkan Orang Tertindas"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 9 Agustus  2015
MINGGU X SETELAH TRINITATIS
Ev : Mazmur 34 : 1 – 8       Ep : Yohanes 6 : 35 + 41 – 51      S. Patik : Yeremia 17 : 7 – 8
Tuhan Mendengar Dan Menyelamatkan Orang Tertindas


I.              Pendahuluan
Raja yang sangat termasyur di Israel, yaitu raja Daud dikenal dengan hubungannya yang sangat dekat dengan TUHAN. Raja yang tidak mengandalkan keagungannya dalam memerintah, namun senantiasa mengandalkan Tuhan. Meskipun ia seorang raja, Daud memiliki kerendahan hati, memiliki pengenalan diri yang jelas, sehingga ia menyadari kekurangannya di hadapan Tuhan, maupun di tempat dia memerintah. Untuk itu, raja Daud tidak pernah bekerja dan bertindak sendiri, namun selalu konsultasi dengan Tuhan, karena hanya Tuhanlah sumber jalan keluar dan jawaban atas segala pergumulannya. Namanya terkenal ketika dia mengalahkan prajurit bertubuh raksasa Filistin, sehingga terdengar nyanyian, “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa”. Ternyata Saul menjadi murka dan menganggap Daud menjadi musuh baginya karena orang-orang menyuarakan pujian lebih tinggi kepada Daud daripada kepada dirinya. Situasi ini membuat raja Saul kesal dan marah, sehingga dia ingin membunuh Daud. Namun karena Allah di pihak Daud, maka tidak ada satu orangpun yang mampu membunuh bahkan melukai Daud. Bahkan saat dia diperhadapkan kepada raja Filistin, Tuhan meloloskannya. Penyertaan Tuhan inilah yang membuat iman Daud semakin hari semakin matang, sehingga dia selalu memuji Tuhan dalam hidupnya, karena baginya Tuhan adalah segalanya.

II.           Penjelasan Nats
1.        Memuji Tuhan Tanpa Batas Waktu (ay. 1 – 3)
Saat kapankah kita harus memuji dan memuliakan Tuhan.? Kalau kita melihat kehidupan kita, bisa saja ada waktu di mana kita mengacuhkan bahkan melupakan Tuhan karena berbagai hal dan alasan. Namun Daud dengan tegas memiliki jawaban atas pertanyaan ini. Dia mengatakan, “Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu”. Inilah kesetiaan sejati dari seorang umat Tuhan. Perkataan ini menjadi sebuah prinsip dasar Daud dalam menjalin hubungan dengan Tuhan. Kesetiaan ini tidak akan dipengaruhi waktu dan situasi. Ia bertekad untuk menjaga waktu dan menggunakan setiap kesempatan untuk melakukan yang benar di hadapan Tuhan, memberi puji-pujiannya pada setiap kejadian yang dialaminya. Jika kita berharap akan menghabiskan kekekalan kita dengan memuji-muji Allah, maka sudah sewajarnya kita menggunakan waktu kita sebanyak mungkin untuk melakukan perintah-Nya. Daud menyadari bahwa tanpa Tuhan, dia bisa saja sudah lama mati atau celaka. Bahkan saat ia melarikan diri ke Gad yang dipimpin oleh raja Filistin, Abimelekh (Akhis), ia bisa saja mati dibunuh oleh raja karena dianggap sebagai penyusup atau mata-mata. Namun Daud lolos dari hukuman dengan cara berpura-pura tidak waras. Daud mengakui bahwa karena Tuhanlah jiwanya bermegah. Inilah kerendahan hati Daud di hadapan Tuhan. Kemenangannya atas Goliath membuat namanya terkenal bahkan melebihi Saul, sehingga ia disegani banyak orang. Namun semua itu tidak menjadi alasan baginya untuk menyalagunakan wibawa itu. Berbeda sekali dengan kehidupan kita saat ini, saat kesuksesan menghampiri kita, sering sekali kesuksesan  itu membuat kita menjadi jauh dari Tuhan. Kesombongan dan keserakahan menjadi penyebab utamanya. Banyak umat Tuhan yang berhasil mendapat jabatan, malah menyalahgunakannya demi kepentingan diri sendiri. Berbuat baik untuk mendapat pujian dan sanjungan, sehingga kita mencuri dan merampas pujian yang seharusnya milik Tuhan. Untuk itu Daud mengingatkan agar kita senantiasa rendah hati di dalam hidup dengan sesama di dalam Tuhan, sehingga sikap hidup dan perbuatan kita mendatangkan sukacita bagi kita.

2.        Ajakan Daud Memuliakan dan Memasyurkan Nama-Nya (ay. 4 – 6)
Daud tidak ingin hanya dia saja yang mengalami hidup di dalam Tuhan. Maka dia mengajak dan mengarahkan semua orang untuk ikut bersama dia untuk hidup berpengharapan pada Tuhan. Daud berkata, “Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya!” Daud ingin agar keselamatan dan perlindungan Tuhan itu juga dirasakan oleh setiap orang. Untuk itu, kiranya setiap orang menunjukkan keaktifan imannya dengan menjadikan Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidupnya, sama seperti Daud. Meskipun dia seorang raja yang memiliki kesibukan yang luar biasa, dia tidak pernah lupa untuk memberikan waktu terindah buat Tuhan (bukan waktu sisa/ luang). Dalam hal ini, alasan Daud jelas. Dia telah merasakan indahnya hidup dalam Tuhan. Saat ia mencari Tuhan, maka Tuhan menjawabnya, bahkan meluputkannya dari berbagai masalah. Kalau bukan karena Tuhan, maka sudah lama Saul membunuhnya. Pengalaman Daud ini juga mengajak kita untuk semakin mendalami serta mengalami hidup bersama dan di dalam Tuhan. Jikalau kita jujur merenungkan, sesungguhnya tidak ada satu katapun yang bisa kita ungkapkan untuk menyangkal perbuatan baik dan pertolongan Tuhan dalam hidup kita. Hanya saja kita sering tidak jujur akan hal ini, karena kita mengukur pertolongan Tuhan itu berdasarkan versi dan pikiran kita sendiri. Berdasarkan pengalaman Daud yang pasti juga telah kita alami, bahwa semangat hidup dan harapan akan menjadi bahagian hidup orang yang fokus hidupnya pada Tuhan. Untuk itulah Daud mengarahkan dan mengajak semua orang untuk menujukan serta mengarahkan pandangan/ arah hidupnya kepada Tuhan.

3.      Tuhan Menyelamatkan Orang Tertindas yang Mau Mengandalkan-Nya (ay. 7 – 8)
Dalam kesesakannya saat dikejar-kejar Saul, Daud menyingkir ke Gad yang merupakan daerah musuh. Sama saja dengan keluar dari mulut singa, masuk ke mulut buaya. Namun Tuhan tetap berperkara untuk Daud. Baik raja Saul maupun orang Filistin sama sekali tidak Tuhan ijinkan untuk melukai Daud. Alasannya jelas. Tuhan mengasihi Daud dan Daud mengandalkan Tuhan. Sesungguhnya, pengalaman-pengalaman inilah yang menjadi proses pembentukan yang dialami oleh Daud sebelum ia sampai pada takhtanya menjadi raja Israel. Dia ditempa dan dibentuk melalui tantangan yang berat bahkan nyawa menjadi taruhannya. Namun sekali lagi diperjelas bagi kita bahwa Daud mengandalkan Tuhan dalam kesukarannya, maka Tuhan berkenan menolongnya dan malaikat Tuhan mengelilinginya. Ibaratkan ujian, Daud mendapat nilai yang sangat bagus, sehingga saat ia memimpin bangsa Israel, ia menjadi raja yang namanya sangat dimasyurkan hingga saat ini. Kita bisa belajar bahwa semua pengalaman hidup kita akan menghasilkan sukacita ketika kuasa dan kasih Tuhan yang kita andalkan di dalamnya. Keputusasaan dan ketakutan hanya akan dialami oleh orang yang terlalu yakin akan kemampuannya dan tidak memberi ruang bagi Tuhan untuk berkarya bagi hidupnya. Namun ketika “Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya”.

III.      Kesimpulan dan Refleksi

  • Semua orang pasti ingin berhasil, namun ketika berhadapan dengan proses, banyak yang mundur dan menyerah, dan bahkan mencari jalan pintas untuk mencapai tujuan. Akibatnya sebelum ia tiba ke tujuan, celaka dan konsekuensi akibat perbuatannya lebih dulu diterima, sehingga ia gagal sampai  ke tujuan. Daud, seorang yang tiba ke tujuan hidup dengan menjalani dan menikmati proses itu. Keberhasilan itu tidak lepas dari campur tangan Tuhan. Ingin berhasil.? Mari kita tentukan tujuan hidup kita, dan kita berjalan di jalan yang benar untuk sampai ke tujuan itu serta jadikan firman Tuhan, doa dan pujian menjadi landasan, dasar dan sebagai  kompas yang menghubungkan kita dengan tujuan kita.
  • Dari pengalaman Daud ini, kita bisa melihat bahkan merasakan bahwa Tuhan itu :
  1. Mendengar setiap doa kita.
  2. Pertolongan-Nya yang selalu luar biasa membuat kita kadang sulit untuk memahaminya karena kita kehabisan kata-kata untuk mengungkapkannya, bahkan seperti mimpi (bd. Maz. 126 : 1).
  3. Mengizinkan tantangan hadir. Tujuannya bukan untuk melemahkan, namun mengajar kita untuk mengenali kelemahan kita, sehingga kita selalu bergantung akan kasih dan pertolongan Tuhan.
  4. Memberi jalan keluar atas setiap masalah kita, asal kita mau berserah dan mengandalkan-Nya.
  5. Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar (Yes. 59 : 1)

  • Sama halnya dengan Daud yang melalui pengalaman hidupnya menginspirasi dan memotivasi setiap orang, maka kiranya pola hidup dan pengalaman hidup kita menjadi teladan bagi lingkungan kita. Untuk menjadi seorang teladan seperti Daud memang butuh perjuangan dan pengorbanan serta penyerahan diri pada Tuhan. Daud sadar bahwa dia bukan manusia sempurna, sehingga dia memberi ruang bagi Tuhan membentuknya menjadi raja yang jaya dan luar biasa. Untuk itu, kalau Tuhan berkenan meluputkan Daud dari segala maut dan bahaya, maka kitapun harus senantiasa mengandalkan-Nya, sehingga bukan hanya Daud, tapi kitapun beroleh belas kasihan Tuhan dan Dia berkenan memberi jalan keluar serta meluputkan kita dari segala pergumulan kita, Amin…
Pdt. Polma Hutasoit, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar